Minggu, 23 Januari 2022
Seperti itu Maut Cinta
Senin, 17 Januari 2022
Aku Sampaikan Rasa Sakit Mas Muda
Sakit. Satu
kata dapat diucapkan tentang kehilangan diri yang simpel dan sederhana. Kehilangan
itu benar-benar membuat diri berada di dunia linglung dan stres begitu dahsyatnya.
Aku
menghitung hidup di dunia kacau itu tatkala dimulai ketika awal tahun hingga
saat aku menulis ini. Tak tahu aku harus bagaimana menghadapi kehidupan semacam
itu. Benar-benar menyakitkan aku menghadapinya di dalam kamar sempit bernama
kos-kosan.
Termenung menghadap
dinding kamar, menyalahkan rokok, dan memutar beberapa lagu. Itu hal yang
sering aku lakukan dalam dunia kekacauan ini. Beberapa pertanyaan dalam diam
yang hening aku melontarkannya:
Mengapa aku kehilangan
diriku? Apa yang membuat diriku menjadi begini? Mengapa banyak pekerjaan yang
aku tunda? Mengapa hasyrat menulis perlahan-lahan lesu? Mengapa kecemasan
selalu berputar-putar dalam pikiran? Apakah angan-angan atau cita-citaku di
masa depan sudah tidak bisa diharapkan? Mengapa
jam tidurku berantakan? Mengapa aku jarang membaca buku lagi seperti dulu?
Sebenarnya
masih banyak lagi pertanyaan yang aku lontarkan di keheningan. Tapi, itu saja
yang ingin aku sampaikan kepada pembaca. Aku ingin berbagi tentang masa mudaku
yang memiliki pergulatannya sendiri.
Bukan. Bukan
maksud untuk ingin berbagai tentang kepedihan dalam menjalankan hidup di masa
muda kepada orang lain pula. Sehingga, merasakan apa yang aku rasakan. Namun,
dalam diriku ingin bersahabat dengan para pendengar. Orang yang pandai mendengar
itu tujuan dari menulis ini.
Sebab, telah
lama aku perhatikan banyak orang mampu menjadi orang pandai dalam beretorika
atau bercakap-capak. Tapi, justru sebaliknya aku belum begitu banyak menemui
orang-orang pandai mendengarkan.
Kembali lagi
pada tentang rasa sakit di masa muda ini bagiku salah satu obatnya didengarkan.
Kemudian, tidak ada penghakiman, tapi dirangkul. Dengan begitu, dalam hidup ada
semacam kasih sayang di dunia kehidupan manusia.
Di dunia ke tidak
pastian ini aku menari-nari dalam hening kesendirian. Di dunia masa muda pergolakan kecemasan ini. Aku bagaikan bunga
layu menanti musim semi. Itu.
Aku Harus Bagaimana di Hadapan Cinta?
Aku telah terikat di ruang cinta yang hening itu. Ruangnya
begitu sepi hanya ada aku dan sepotong kertas bertuliskan nama seseorang. Aku
membaca satu demi satu beberapa huruf itu.
Perlahan aku membacanya dengan nada lembut. Suaraku
memang tak lebih besar dari bunyi-bunyi ombak lautan. Aku tahu nyaliku selama
ini di dalam dunia cinta hanya sebesar biji anggur.
Lihatlah diriku berdiri kaku di ruang sepi memperhatikan
secarik kertas. Menangis, dan rapuh mempertanyakan tentang hati yang kosong:
mengapa aku tak mampu mengatakan sepotong ungkapan rasa?
Pertanyaan itu mengingatkanku pada masa kecil. Suatu
hari, di sudut sekolah aku sedang bermain kelereng mataku tiba-tiba memperhatikan
seorang perempuan anggun hadir di depan mata. Ada getaran hati, dan ada getaran
ketertarikan dari pandangan itu.
Namun, pandangan itu hingga saat ini tak pernah keluar
dari mulutku untuk mengatakan: mengapa aku menyukai perempuan sepertimu?
Mengapa ada getaran di hatiku?
Aku selalu meninggalkan pertanyaan itu di ruang
keheningan, di kediaman hati, dan pertanyaan itu hanya aku saja mengetahuinya. Betapa
payah memasuki dunia cinta. Memilih untuk berdiam diri tentang rasa demi satu
sikap, yaitu agar ia tidak mengetahui bahwa aku mencintainya.
Kembali kepada masa saat ini, telah beberapa tahun
lamanya aku tidak merasakan getaran cinta. Tetapi, seorang perempuan hadir di
kehidupanku lagi. Dengan raut wajah anggun, dengan penampilan sederhana, dan
dengan tipe pikiranku ia hadir.
Tak tahu bagaimana gejolak ombak dalam diri ini begitu
menggebu-gebunya. Terpikat hati dan pikiran, hariku kini kerap berlayar di atas
imajinasi-imajinasi namanya juga wajahnya.
Kendati begitu, aku takut tentang rasa ini tidak akan
sampai lagi ke telinga perempuan itu. Layaknya masa-masa kecilku yang tak mampu
mengucapkan kata yang tersembunyi di hati.
Aku harus bagaimana untuk memberanikan diri
mengucapkan sebuah kalimat ini:
Jika aku diberikan kesempatan untuk mencintaimu. Aku ingin
mencintaimu seperti tulisan yang mampu dikenang dan dibaca banyak orang. Ia
abadi.
Senin, 10 Januari 2022
Dunia dan Pertanyaan.
Mereka yang Terasingi Dari Kehidupan-
Menutup Tahun 2020
Kilas Balik
Tentang Bumi Jawa
▫️Menggugat Zaman▫️
Memperkosa Ibu Kandungnya Sendiri
Lentera Kenangan
Radio Lawas dan Ingatan Silam
Catatan Sejarah Dalam Hening
Nama Aku Siti
Suara Ombak dan Suara Hati
Bagaimana Manusia Membunuh Dirinya Sendiri?
Sunyi
Jendela Kos: Dalam Ratapan Silam
Sepeda Ontel Bapak
Tentang Perjalanan 30 Menit yang Terhentikan
Budaya Akademik yang Dikhianati
Sesendok Teh di Penghujung Bulan September
Sukinem Sih Gadis Jawa Pujaan Jon
Pemimpin Tolol Bernama Kesot
Menanti Kematian Pimpinan Kesot
Dari Balik Jeruji Besi
Sepintas Info Tentang Kemacetan
Burung Oktober
Mengapa Keramaian Begitu Asing di Pikiranku
Basa Basi Intelektual
Mengapa engkau menangis?
Gadis itu tidak kecil lagi.
Ia yang Selalu Berpura-pura
Maka Berbicaralah Para Idiot Itu
Yogyakarta di Malam Minggu: Aku Padamu
Di Bawah Hujan Gadis Itu Berdiam Diri
Telefon Genggam
Kehendak Untuk Kebebasan
Amorfati Kesendirian
Saya Ingin
Jurnalisme Dalam Bungkus Tong Sampah
Izinkan Aku Memeluk Puisimu
Sejarah ditangan Rakyat Kecil
Aku tak Sama Lagi
Di Kota Jakarta itu aku terdiam di dalam kos. Rupanya aku sudah menjadi anak pendiam bukan main. Aku orang baru di Jakarta. Lebih lagi, di l...
-
Perkara hidup memang tidak bisa dijelaskan begitu saja dikarenakan banyak paradoks-paradoks yang ditemukan. Kehidupan memang banyak menuntut...
-
Angin malam berhembus ke utara. Dan, nyanyian malam baru saja akan diputarkan. Nyanyian tentang kesunyian dan kesepian dengan alunan roda ke...
-
Berbicara tentang dibenci merupakan hal yang klise. Sudah menjadi bahasa umum bahwa dibenci suatu hal yang tidak mengenakan dan menyedihkan....