Sakit. Satu
kata dapat diucapkan tentang kehilangan diri yang simpel dan sederhana. Kehilangan
itu benar-benar membuat diri berada di dunia linglung dan stres begitu dahsyatnya.
Aku
menghitung hidup di dunia kacau itu tatkala dimulai ketika awal tahun hingga
saat aku menulis ini. Tak tahu aku harus bagaimana menghadapi kehidupan semacam
itu. Benar-benar menyakitkan aku menghadapinya di dalam kamar sempit bernama
kos-kosan.
Termenung menghadap
dinding kamar, menyalahkan rokok, dan memutar beberapa lagu. Itu hal yang
sering aku lakukan dalam dunia kekacauan ini. Beberapa pertanyaan dalam diam
yang hening aku melontarkannya:
Mengapa aku kehilangan
diriku? Apa yang membuat diriku menjadi begini? Mengapa banyak pekerjaan yang
aku tunda? Mengapa hasyrat menulis perlahan-lahan lesu? Mengapa kecemasan
selalu berputar-putar dalam pikiran? Apakah angan-angan atau cita-citaku di
masa depan sudah tidak bisa diharapkan? Mengapa
jam tidurku berantakan? Mengapa aku jarang membaca buku lagi seperti dulu?
Sebenarnya
masih banyak lagi pertanyaan yang aku lontarkan di keheningan. Tapi, itu saja
yang ingin aku sampaikan kepada pembaca. Aku ingin berbagi tentang masa mudaku
yang memiliki pergulatannya sendiri.
Bukan. Bukan
maksud untuk ingin berbagai tentang kepedihan dalam menjalankan hidup di masa
muda kepada orang lain pula. Sehingga, merasakan apa yang aku rasakan. Namun,
dalam diriku ingin bersahabat dengan para pendengar. Orang yang pandai mendengar
itu tujuan dari menulis ini.
Sebab, telah
lama aku perhatikan banyak orang mampu menjadi orang pandai dalam beretorika
atau bercakap-capak. Tapi, justru sebaliknya aku belum begitu banyak menemui
orang-orang pandai mendengarkan.
Kembali lagi
pada tentang rasa sakit di masa muda ini bagiku salah satu obatnya didengarkan.
Kemudian, tidak ada penghakiman, tapi dirangkul. Dengan begitu, dalam hidup ada
semacam kasih sayang di dunia kehidupan manusia.
Di dunia ke tidak
pastian ini aku menari-nari dalam hening kesendirian. Di dunia masa muda pergolakan kecemasan ini. Aku bagaikan bunga
layu menanti musim semi. Itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar