Minggu, 23 Januari 2022

Seperti itu Maut Cinta

“ Sampaikanlah kepadaku tentang maut dan cinta, aku ingin mendengarkannya,” kata pujangga penyendiri di kedai kopi. 

“Apakah engkau sanggup mendengarkannya? Jika iya akan aku sampaikan tentang maut dan cinta. Karena itu, dengarkanlah ucapan-ucapan ini,” jawab perempuan berkacamata. 

Malam membawakan lentera di kedai kopi murah di kota bangunan tua, dan buku-buku klasik menyinari setiap pinggir jalanan. Sedangkan, anak-anak muda menelusuri di setiap lorong-lorong sempit demi menemukan kedai murah di kota yang kini serba mahal. 

Lalu menyibukkan diri dengan perkumpulan tak begitu jelas diketahui apa yang sedang dikerjakan. Di meja pojok, anak muda terlihat  duduk dengan secangkir kopi dan sebatang rokok di mulutnya. Di hadapannya terdapat perempuan anggun berkaca mata sedang bermesraan. 

Mata pemuda itu, tak banyak bergerak sana kemari melihat hiruk pikuk orang-orang di kedai murah. Apalagi memandang kemesraan itu. Ia hanya mampu memperhatikan sebuah layar dan tumpukan kata-kata. 

Kendati begitu, dalam diam menghadap layar sungguh hatinya sedang memperhatikan sebuah percakapan, dan adegan sentuh menyentuh perempuan berkaca mata dengan seorang lelaki. Baginya adegan ini semacam teater yang berkonsep laki-laki yang mencintai perempuan pemeran teater itu. Akan tetapi, ia laki-laki mencintai dalam diam menyaksikan pertunjukan perempuan itu dengan laki-laki lain di kursi. 

Melalui sudut pandang perempuan, ia tidak mengetahui bahwa laki-laki itu mencintainya dalam diam. Bahkan beberapa bahasa tubuh dan bahasa isyarat yang disajikan oleh laki-laki ke perempuan itu ia tidak mengetahuinya. 

Kalau pun duga sangka jika perempuan itu mengetahuinya, maka ia benar-benar ingin membuat lelaki berada di jurang maut. Jurang penyiksaan melalui drama dalam pementasan teater. Sunggu bagi laki-laki itu tak kuat menengok adegan mesra itu. 

Terlebih lagi, pada saat adegan tersebut dimulai bumi kedatangan air hujan. Bagaimana tidak merasakan maut cinta, sedangkan hujan menyambut untuk merenungi kegagalan cinta. Belum sempat menyampaikan cinta ia harus menerima kenyataan pahit. 

 

Seperti halnya dalam komik puisi Julian Peters Comics berjudul Lagu Cinta J. Alfred Prufrock. Sebagaimana puidi itu menceritakan tentang cinta yang tidak tersampaikan alias cinta yang dekat dengan maut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku tak Sama Lagi

Di Kota Jakarta itu aku terdiam di dalam kos. Rupanya aku sudah menjadi anak pendiam bukan main. Aku orang baru di Jakarta. Lebih lagi, di l...