“Kehidupan setiap individu itu adalah panggung sandiwara. Setiap peran yang dimainkannya harus sebaik mungkin agar penonton terkesan dan memuji.” (Goffman,1971).
Bagaimana melihat fenomena terhadap perilaku narsisme? Apakah narsisme itu baik atau buruk? Apakah narsisme justru membuat subjek terlihat mengalami gangguan jiwa?
Sebelum menjawab pertanyaan itu mari melirik pengertian narsisme. Menurut, Santrock ( Dalam, Nurul Desidiah Esa (2018:17) dijelaskan narsisme merupakan pendekatan individu ke orang lain, tapi berpusat pada diri dan hanya mementingkan diri pribadi. Adapun, pada aspek perilaku individu narsisme, yaitu memiliki pengakuan terhadap diri bahwa ia sempurna, dan keinginan sekaligus harapannya sebagai hal utama alias urgen.
Sementara itu, Kimmy Katkar dan kawan-kawan, dalam jurnalnya berjudul PENCITRAAN DIRI SEBAGAI PENYEBAB NARSISME (2021) menyoali motif perilaku narsisme. Adalah motif itu agar mendapat pujian, perhatian, menunjukan status sosial, dan mendapat citra baik di mata oleh orang lain. Sehingga, merasa paling tahu dan merasa paling terbaik di antara orang lain.
Melalui pengertian dan motif narsisme itu mari berjalan-jalan dan menarasikan fenomena ini dengan satire George Orwell di binatangismenya. Orwell, sebagaimana menyoali narsisme seorang diktator dan kacung, ia menggunakan perumpamaan binatang. Sebut saja, misalnya: babi, anjing, kuda, dan hewan lainnya.
Babi merupakan diktator yang memainkan peran sandiwara, sedangkan anjing, kuda, dan hewan lainnya hanyalah kacung untuk menyukseskan kehendak narsisme babi. Hal itu dapat dilihat pada ruang dialektika secara bersama para hewan yang tiada. Ya, itu karena kenapa: babi merupakan sang diktator alias merasa paling tahu.
Akibatnya, sepanjang hari para hewan-hewan itu dikibuli oleh sang babi. Bekerja sepanjang waktu demi mensukseskan nama babi di kanca sejarah dunia. Namun, itu semua hanya berupa sandiwara sang babi belaka.
Dengan begitu, perilaku narsisme atau cinta pada diri secara berlebihan membuat subjek terkesan mengalami gangguan jiwa. Perhatikan babi yang ditujukan oleh Orwell ke subjek Napoleon. Ia berperilaku narsisme sampai membunuh banyak orang. Naasnya, perilaku narsisme babi justru menjadi catatan buruk dalam sejarah.
Babi sepanjang sejarah banyak di kutuk bahkan di caci maki. Duh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar