Senin, 10 Januari 2022

Yogyakarta di Malam Minggu: Aku Padamu

Yogyakarta di Malam Minggu: Aku Padamu 
 
Ambyar, kata itu terdengar begitu lantang di angkringan kang Jono yang diucapkan salah seorang pemuda berambut gondrong. Entah mengapa, setelah melihat hp pemuda itu tiba-tiba mengucapkan kata  ambyar. Adakah sebenarnya satu kemacetan hati pemuda di angkringan tadi? Sehingga, mengucapkan satu kata yang kerap dimaknai sebagai nestapa hati. 
 
Menelusuri jawaban atas pertanyaan itu, kang Jono bertanya kepada pemuda tersebut, mas memang seng ambyar iki opo? Pemuda itu diam, malu-malu tai kucing, dan menundukkan muka. Mbok yo dijawab to mas, ucap kang Jono lagi. 
 
Pemuda itu masih terdiam, dan justru malah menengok jalanan Yogyakarta di malam hari. Ia melihat dan berujar di dalam hati tentang Yogyakarta di malam minggu yang selalu membuat hatinya ambyar. Adalah ujaran tentang jalanan yang macet total. Jalan yang selalu dipenuhi oleh orang-orang mabuk asmara di malam minggu. 
 
Kemudian, diam-diam juga pemuda itu mengatakan tentang kang Angkringan yang ingin tahu sahaja permasalahan anak muda. Ingin tahu permasalahan ruang hati yang mesti tak boleh orang asing mengetahui secara utuh bahkan sedikit pun. Hati adalah ruang yang paling sakral, sebab di dalamnya ada sebuah harta karun. 
 
Sebabnya itu, bagi pemuda tersebut Yogyakarta di malam minggu membuat hatinya ambyar. Bukan hanya tentang mereka yang memenuhi jalanan Yogyakarta di malam minggu. Tapi, ada semacam hati yang masih tertinggal di Yogyakarta, ialah sebuah kenangan yang akan selalu membekas di hati. 
 
Begitulah Yogyakarta membentuk orang-orang yang datang ke kotanya. Ia pandai betul menaruh mantra ajaib untuk enggan segera pergi dari kota itu. Ada magnet yang disajikan Yogyakarta, terlebih pada malam minggu. 
 
Maka pemuda itu, berkata: Yogyakarta di malam minggu aku padamu. Karena pemuda itu merasa ada embusan angin segar Yogyakarta di malam minggu. Apalagi, orang-orangnya yang selalu menebar senyum sejauh mata memandang. Aduhai, senandung catatan kecil bersama cahaya lampu malam di Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku tak Sama Lagi

Di Kota Jakarta itu aku terdiam di dalam kos. Rupanya aku sudah menjadi anak pendiam bukan main. Aku orang baru di Jakarta. Lebih lagi, di l...