Senin, 10 Januari 2022

Maka Berbicaralah Para Idiot Itu

Maka Berbicaralah Para Idiot Itu
 
Surat kabar sore hari itu mengabarkan bahwa telah terjadi unjuk rasa di berbagai provinsi yang dilakukan kalangan  sipil, mahasiswa, dan pelajar. Mereka menuntut berbagai hal kepada penguasa, seperti kesejahteraan maupun keadilan. Tapi sayangnya, tindakan unjuk rasa disikapi oleh para penguasa dengan sikap kurang ajar, alias kekerasan. 
 
Dalil yang digunakan para pemukul, yaitu karena sikap para demonstrasi yang memicu chaos. Padahal, kata surat kabar,  cikal bakal chos disebabkan gas air mata yang dilakukan para  pemukul itu. Apa boleh buat, mereka para penguasa ada saja dalil yang digunakan untuk membenarkan diri. Sikap ke tidak jujuran nan sikap terkutuk yang selalu melekat ditubuh mereka ketika menyikapi para unjuk rasa. 
 
Selain itu juga, kamerad besarnya melalui konferensi pers mengatakan dengan bahasa muslihat perihal unjuk rasa hari itu. Katanya pada media, demonstrasi boleh-boleh saja asal menggunakan tata krama jangan sampai buat gaduh. Kata dia lagi, negara kita kan menjunjung nilai-nilai sopan santun. 
 
Maka lihatlah dia para idiot itu berbicara, sejak kapan mereka begitu pandai menuturkan bahasa yang amat bersin dan suci itu?  Apakah bahasa itu pantas untuk mereka gunakan? Apakah bahasa itu sudi diucapkan oleh para idiot tersebut?
 
Hendaknya mereka berkaca di cermin, melihat muka, dan perilaku mereka. Berapa banyak ke tidak sopan mereka terhadap rakyat dan perilaku kurang ajar terhadap rakyat, alam, dan lain-lainnya? Maka sekali lagi, pantaskan mereka mengucapkan bahasa suci dan bersih itu? 
 
Telah banyak media, penelitian, dan rekaman jejak media mengabarkan kelakuan buruk mereka. Lantas hadirlah pertanyaan, apakah kata tata krama dan sopan santun pantas kita terima ketika negara hancur dibuat mereka?  
 
Lalu, tengoklah negeri Markotop itu benar-benar telah merosot jauh ke jurang. Mereka para pengendali dan penguasa menggunakan bahasa basa-basi untuk menutup kebusukan mereka. Juga suatu kehendak untuk membodohi rakyat, dan naasnya rakyat Markotop menolak untuk dibodohi para idiot itu. 

Sumber Video:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku tak Sama Lagi

Di Kota Jakarta itu aku terdiam di dalam kos. Rupanya aku sudah menjadi anak pendiam bukan main. Aku orang baru di Jakarta. Lebih lagi, di l...