Dunia akademis menuntun setiap orang yang bergelut di dalamnya agar dapat mengembangkan kecerdasannya (kognitif), mental (intuisi), dan perilakunya. Sehingga dengan tuntunan dunia akademis, setiap orang akan dapat menjalankan kehidupan penuh kebenaran, kebijaksanaan, serta muaranya menghasilkan cinta sesama makhluk hidup.
Karena itu lahirlah orang-orang yang dinamakan kaum intelektual, berasal dari perguruan tinggi atau tempat-tempat belajar lainnya. Yang memiliki andil besar terhadap keberlangsungan suatu peradaban di dunia, maupun terhadap makhluk hidup di dalamnya.
Melalui kajian ilmu Filsafat, literatur yang saya baca pagi ini. Menarik untuk diulas dalam tulisan kali ini, perihal dunia akademis itu. Sebab, ada semacam pemelintiran secara serius budaya kaum akademis. Jika kita tilik, budaya akademis hari-hari ini muaranya tidak lagi ke arah tuntunan dunia akademis yang telah saya sebutkan tadi. Melainkan, hanya bersifat kepengecutan dan pengkhianatan ilmu pengetahuan.
Landasan itu saya pakai dengan pengalaman pribadi di perguruan tinggi yang sedang saya geluti. Dalam banyak mata kuliah yang telah saya pelajari di bangku kuliah. Pelajarannya amat jarang mengajak mahasiswa untuk berpikir sebagaimana mestinya budaya di dunia akademik.
Tidak lain, pelajaran itu hanya menghantarkan mahasiswa untuk melanggengkan status quo alias melanjutkan tradisi perbudakan zaman. Saya menemui, pembelajaran hari-hari ini mahasiswa dituntun untuk memenuhi tuntutan zaman yang bobrok. Tiada mengajak mahasiswanya untuk berpikir, mempertanyakan, menguji, dan merefleksi keadaan zaman itu.
Tradisi akademik itu telah dikhianati oleh mereka kaum intelektual sendiri. Padahal, ilmu pengetahuan khususnya ibu dari ilmu, yaitu Filsafat sebagai alat menguji hidup, merefleksi terhadap problem kehidupan, dan muaranya kebenaran yang menghasilkan kebijaksanaan. Tetapi, bagaimana kehidupan akademik hari-hari ini?
Apakah dunia akademik yang saya analogikan sebagai perpustakaan itu sudah dipenuhi oleh buku-buku, dan orang yang membaca, serta menulis? Perpustakaan itu malah sebaliknya dijadikan sebagai tempat perancang bom untuk merusak peradaban?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar