Senin, 10 Januari 2022

Menutup Tahun 2020

Menutup Tahun 2020

Begitu derasnya aliran sang waktu, begitu fananya kehidupan itu, dan begitu lalainya menggunakan setiap waktu yang diberikan olehnya. Sudah menjadi suatu kebenaran bila bahasa indah itu di renungkan, bahasa indah itu berbunyi, “demi waktu sungguh manusia merugi.” 

Maha bijaksana bahasa indah itu, bila dapat menangkap makna sesungguhnya. Waktu demi waktu yang digunakan untuk berlayar di kehidupan yang teramat luar biasa rayuan-rayuan ini. Acap kali sirna begitu saja tanpa sepenuhnya digunakan untuk kebajikan. 

Telah aku temui dalam diriku sendiri hal itu, tak perlu aku tengok di luar diriku. Sebab, kerugianku telah bertumpuk begitu tingginya laksana buku-buku yang bertumpukan tanpa pernah dijamah. Semakin mengusang, berdebu, dan kotor.

Dalam renungan masa muda di penghujung tahun ini pula, langit sedang meneteskan air matanya. Sedangkan bumi, sedang sengsara dari ke tidak seimbang-an hubungan antara manusia dan alam semesta. Atau alias manusia sedang bertengkar dengan dirinya sendiri

Benar, kerugian itu telah menghampiri, telah menjadi habit, dan pada akhirnya penyesalan akan tiba. Tunggulah demi waktu itu. Sembari dengan menunggu demi waktu,  semoga setiap jiwa yang bernyawa dapat menuntun rasa ikhlas menerima kehendak takdirnya.  Dengan begitu, tiadalah hamba yang merugi atas qodo dan qodarnya.

.................

La Tahzan. Jangan bersedih atas cobaannya, sungguh apakah kita tidak pernah menaruh rasa syukur dalam diri? Seberapa banyaknya nikmat yang ia berikan kepada kita perihal kebahagiaan dan kesedihan? Dapatkah kita menangkapnya...

Bukankah kebahagiaan yang ia berikan lebih banyak dari pada kesedihan? Memang betul, bahwa pada tahun ini ke tidak enakkan nan kesengsaraan menghampiri sepanjang tahun ini. Namun, bila kita dapat benturkan pada masa-masa silam atas waktu. Tentu, kesedihan itu tidaklah elok bila sampai berlarut-larut.

Oleh karenanya, mari menutup tahun yang penuh pembelajaran ini dengan rasa senang dan bahagia. Sebab, ada Pitutur yang mengatakan, “habis gelap terbitlah terang.” Artinya kita akan dihampiri oleh harapan-harapan baru lagi, yang lebih baik dari sebelumnya. Berbahagialah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku tak Sama Lagi

Di Kota Jakarta itu aku terdiam di dalam kos. Rupanya aku sudah menjadi anak pendiam bukan main. Aku orang baru di Jakarta. Lebih lagi, di l...