Senin, 10 Januari 2022

Basa Basi Intelektual

Ada sebuah pepatah mengatakan, kebiasaan hari ini adalah cerminan masa depan. Jono teringat pepatah itu, ketika ia melihat ada satu peristiwa yang memuakkan hadir di kehidupannya. Peristiwa itu adalah tentang kepalsuan kaum intelektual dalam bertindak, bersikap, dan berpikir. 
 
Kehidupan akademik yang semestinya, menurut Jono, untuk melakukan sebuah dobrakkan dalam berperilaku secara terarah,  dan mampu menghadirkan tanggung jawab secara moril. Baik tanggung jawab terhadap diri sendiri maupun lingkungan. Kini tentang itu, hanya sebuah keniscayaan yang absurd. 
 
Tengok saja, kata Jono, peristiwa basa basi kaum intelektual di kehidupan akademik Jono belakangan ini banyak berbuat tidak jujur. Tidak ada nilai tanggung jawab, meninggalkan sebuah amanah hanya karena menganggap diri sudah melambung tinggi egonya. Atau kepala sudah besar bak batu; keras, dan berat. 
 
Akhirnya melahirkan sebuah sikap, sok, basa basi, dan berwatak feodal atau kolot. Jono menganggap mereka sebagai penerus peradaban dikemudian hari, hanya sebuah kepalsuan semata, tidak dapat diharapkan terlalu berlebihan. 
 
Tak lain dan tak bukan, dalam konteks ini, Jono menilai, gerusak gerusuk dalam berperilaku kaum intelektual dilingkungannya itu, dapat dinilai atau digambarkan masa yang akan datang  ketika mereka diberikan amanah. Apa yang diharapkan kepada intelek semacam itu? Apa jadinya peradaban ini ditangan mereka? Tanya Jono menggugat. 
 
Bayangkan lagi, bagaimana jadinya peradaban ini jika  dipimpin oleh intelek-intelek  semacam itu. Akankah peradaban ini semakin maju atau malah semakin merosot? 
 
Jono, beranggapan bahwa  di dalam dunia akademik telah banyak pembentukan-pembentukan mental-mental feodal. Intelektual  dilingkungannya itu hanya ingin mendapatkan Kehendak untuk berkuasa,  tapi kehendak untuk bertanggungjawab dan amanah hanya sebuah silat lidah semata. 
 
Sebuah potret peristiwa yang mengkonfirmasi Jono untuk mengucapkan ungkapan, sebagai berikut: “Kita telah menyaksikan kepalsuan di dalam perilaku kaum intelektual. Kaum intelektual itu hanya ingin kehendak berkuasa, tapi kehendak moril dibuangnya. Sebuah keniscayaan kehidupan yang dipalsukan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku tak Sama Lagi

Di Kota Jakarta itu aku terdiam di dalam kos. Rupanya aku sudah menjadi anak pendiam bukan main. Aku orang baru di Jakarta. Lebih lagi, di l...