Senin, 10 Januari 2022

Gadis itu tidak kecil lagi.

Gadis itu tidak kecil lagi.
 
Di matanya tersimpan goresan luka yang amat membekas, dari matanya juga ada semacam luka masa lalu yang selalu menghantui pikirannya sampai masa dewasa. Hingga pada masa sekarang, gadis berumur seperempat abad kurang sedikit itu tetap menyusun wajah yang ceria di depan teman-temanya. Walaupun, sebenarnya di balik wajah anggun gadis itu terdapat luka amat serius yang selalu mengikat batinya. 
 
Akan tetapi, gadis itu pandai menyembunyikan, layaknya seruling bambu yang bisa menghibur pendengar. Kendati, sebenarnya ada tangisan serius sang seruling bambu penghibur itu, ia terpisahkan oleh bambu-bambu lainnya. Gadis itu ada satu kemiripan dengan keluhan seruling bambu.
 
Kini gadis itu telah dewasa, telah bisa mengontrol diri, dan telah dapat menyesuaikan realitas kehidupan yang serba tak menentu. Walaupun memang juga, kadang kala realitas kehidupan sedikit banyak bermain secara brengsek. Gadis itu bisa berbicara apa atau mau melawan bagaimana di depan realitas? 
 
Gadis itu hanya dapat merombak cara berpikirnya dalam melihat satu permasalahan kehidupan.  Sehingga dengan perombakan gaya berpikir, gadis itu tidak kecil lagi, ia tumbuh layaknya bunga di musim semi. Kehadiran masa dewasanya dapat membuat kebahagiaan sang kekasih cinta pertamanya. 
 
Pada malam yang serba ceria, telah dilewati beberapa tahun belakangan di kehidupan anak muda pencari jati diri. Tiba-tiba gadis itu menceritakan satu pengalaman pahit perihal privasinya. Ia menceritakan satu gugatan batin kepada teman-temannya, ia menahan air mata, dan bahasa tubuhnya dipertontonkan dengan gaya tabah. 
 
Bicaranya layaknya seorang bijak, bicaranya memberikan pelajaran penting persoalan realitas kehidupan, dan bicaranya menghantarkan kebijaksanaan dalam melakoni sesuatu hal. Para pendengar dapat merasakan pengalaman pahit beberapa tahun yang harus dijalani sang gadis itu kala bercerita. 
 
Pada akhirnya melalui pengalaman pahit itu, gadis berumur hampir setengah abad itu telah menjadi sosok perempuan tangguh, punya nilai, dan punya satu kedewasaan mental yang pas. Kemudian,  dalam cerita-cerita akhir gadis itu memberikan senyuman pada realitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku tak Sama Lagi

Di Kota Jakarta itu aku terdiam di dalam kos. Rupanya aku sudah menjadi anak pendiam bukan main. Aku orang baru di Jakarta. Lebih lagi, di l...