“Lingkungan yang tak sehat selalu membawa kehidupan menjadi suram bahkan membunuh.”
Suatu sore di kampung Marketop menyelenggarakan pertemuan kawula muda. Dalam pertemuan itu didesain dengan istilah keren, yaitu rapat. Istilah yang digunakan sebagai maksud untuk membahas persoalan penting dan mendesak secara bersama.
Memang betul diksi rapat menjadikan pemahaman terhadap pertemuan itu sebagai hal yang urgensi. Kendati, fakta lapangan tak sesuai dengan makna rapat itu sendiri. Kalau bisa dikatakan sekedar meminjam istilah saja tanpa mengetahui apa sebenarnya dari istilah tersebut.
Hal ini sendiri seperti halnya kuliah tanpa tahu maksud dari kuliah itu sendiri. Dia sekedar kuliah tanpa tahu harus mengerjakan apa saja dalam kuliah. Walhasil, tak paham terhadap diri apalagi orang lain.
Mula-mula rapat itu dibuka oleh pimpinan kampung Marketop, yaitu Kardiem. Kardiem menggunakan komunikasi satu arah dalam rapat tersebut sampai akhir rapat. Bagi dia, pemimpinlah yang layak berbicara dan didengarkan.
Dia menganggap mulut dan pemikirannya lah yang paling keren bin beken. Sebaliknya, yang lainnya hanya sebagai pelengkap di rapat gadungan tersebut. Kardiem di posisi ini tampak jelas sedang membual berbusa-busa seperti orang gila atau stres di jalanan.
Patutlah sekali lagi mempertanyakan kualitas lulusan perguruan tinggi di pikiran pimpinan kampung Marketop. Apakah Kardiem layak menjadi pemimpin? Apakah Kardiem orang yang waras atau justru mengalami gangguan kejiwaan?
Dan, mempertanyakan pula terhadap akal bulus dia yang kerap mabuk dengan dunia perempuan malam. Sehingga, membuat akal sehat dia menjadi dekaden. Terbukti dengan kualitas dia memimpin rapat yang tak paham dan terus mengulangi itu-itu saja.
Dia tak paham menjadi seorang pemimpin. Semestinya, dalam rapat itu dia melakukan komunikasi dua arah. Sehingga, rapat berjalan dengan baik dan tercipta iklim komunikasi yang baik.
Karena itu, patutlah sekali lagi untuk mengatakan bahwa Kardiem tak paham cara memimpin dan sibuk dengan dunia perempuan. Sehingga membuat dia mabuk dan teler terhadap perempuan. Duh.