Udara malam memeluk tubuh perempuan muda itu. Pakaian yang digunakan perempuan itu terlihat cukup ketat. Sehingga bentuk dari tubuhnya terlihat begitu mempesona. Sampai-sampai angin malam memeluk tubuh indah itu.
Perempuan itu berjalan sendiri melintas bekas-bekas hujan. Ia memperhatikan dari langkah kaki terdapat pantulan cahaya dari gedung-gedung tua perkotaan.
Sejauh mata memandang, gedung tua itu sedikit dapat mengobati dari rasa dingin malam ini.
Perkenalkan nama perempuan itu Izwa. Ia merupakan gadis muda yang sedang bergelut di kota orang lain atau bahasa lain anak rantau. Izwa di malam mencekam dan menusuk itu menuju ke bar murah di dekat pasar kembang.
Malam itu ia sedang frustasi, stres, dan mengalami gangguan mental. Dengan keadaan itu, ia memilih untuk menyelesaikan di meja bar sembari dengan tuangan wiski dari resepsionis berulang kali.
“Bang, tambah lagi satu botol Wiski,” ujar Izwa kepada resepsionis.
“Neng, ini sudah botol ketiga loh, bener mau buka botol lagi?” ujar resepsionis berwajah sendu.
“Iya gak papa buka saja, aku lagi stres dan ingin aku tuangkan semua permasalahan di dalam minuman ini,” timpal Izwa terbata-bata mengikuti efek dari irama minuman itu.
Tak banyak bicara dan basa basi resepsionis itu melakukan apa yang diminta oleh Izwa. Sebab, bagi resepsionis pelanggan adalah ratu. Melawan kehendak ratu artinya bekerja tidak elok.
Sementara di sisi Izwa saat ini, ia telah terseret oleh efek-efek minuman itu. Ia tak begitu sadarkan diri sepenuhnya. Ia telah mengalami halusinasi tinggi.
Dalam halusinasi itu, ia sedang berperang dengan frustasi terhadap masa depan, terhadap kecemasan cinta yang gila, dan gangguan mental terhadap luka-luka masa lalu. Izwa telah banyak melewati hari-hari dengan dunia luka di pikirannya sendiri. Sampai-sampai ia selalu menolak untuk menjadi diri sendiri.
Namun, di samping halusinasi yang tinggi itu Izwa tiba-tiba melihat kedua sosok manusia. Ya, dalam halusinasi itu Izwa melihat ayah dan ibunya di kampung halaman sedang bermunajat kepada Tuhan di seperempat malam.
Melalui tatapan dan pendengaran halusinasi itu Izwa mendengarkan tangisan kedua orang tuanya kepada Tuhan. Seraya meminta dengan sungguh-sungguh agar anaknya tetap dalam lindungan yang maha kuasa. Akhirnya, Izwa tak kuat lagi dengan efek minuman itu ia terlelap di meja resepsionis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar