Dari aktivisme, ketua partai, dan pengamat.
Jono lagi-lagi menjadi pribadi fomo. Diam-diam dia menjadi manusia pengamat. Sebelumnya, Jono, menjadi aktivis yang bukan aktivis abal-abal. Dia benar-benar aktivisme yang hidup di dalam kekuasaan. Dia menjadi pribadi benar-benar ulung dalam soal memikat audiens.
Tengok saja, dia sudah menjadi pendekar ulung di dalam kampus. Tanpa malu-malu dengan wajah ganteng luar biasa. Mungkin melebihi Iqbal (baca: artis) ia sudah naik tingkat menjadi orang luar biasa. Jelas dia menghentakan dada bahwa saya orang paling keren di dunia.
Tak berlebihan kalau memandang wajah gantengnya itu. Mungkin pula di dalam dunia kampus ia mengatakan bahwa ia adalah manusia paling berpengaruh dan memiliki organisasi salah satu terbesar di Indonesia.
Bukankah ia adalah sosok yang sok-sokan. Sekaligus pula orang yang merasa atau berpikir bahwa dunia berputar hanya pada dirinya saja. Gila. Lihat tanpa melihat kiri dan kanan bahwa organisasi itu di isi oleh banyak kalangan bukan hanya dirinya tok.
Mungkin pula diam-diam dia memiliki partai itu. Maaf. Tentu perlu curiga dari mana aliran dana dan uang yang dihasilkan? Tak berlebihan kalau bukan dari uang dari menjilat atasan. Sebab, benar tanpa menjilat mana mungkin ia dapat uang sebesar itu.
Jon, dunia sudah berkembang begitu pesat. Tidak perlu melebih-lebihkan sesuatu. Hal semacam itu sungguh biasa saja. Tidak ada hal yang istimewa dan dilebih-lebihkan. Adalah tepat mengatakan memalukan dan menjijikan. Itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar