Dunia dengan segala persoalan dan permainanya membuat banyak hasrat untuk melampauinya. Melampaui untuk memegang erat tentang kekayaan, tahta, status, dan sebagainya. Dunia menarik manusia untuk terus bermain-main dalam game umur.
Dunia seolah mengajak manusia satu persatu membawa ke mana arah sesungguhnya mereka akan berpijak. Berpijak tentang mengapa mereka hidup dan ke mana mereka membawa diri di dunia ini. Seperti sebuah permainan yang memang dunia telah sediakan.
Ketika manusia telah bermain dengan dunia ia telah mengenal banyak hal di dalamnya. Di dalam itu berupa status sosial, tahta, kekuasaan, dan gemerlap dunia lainnya. Gemerlap yang memang telah disediakan guna untuk terus memainkan game-game tersebut.
Game-game itu memang tidak biasa ia dapat membuat manusia bisa menjadi bintang, setengah manusia, manusia, malaikat, dan iblis. Sebab, game ini membuat manusia masuk di tiga inti kehidupan pikiran, hati, dan nafsu. Bagaimanapun game ini sesuai dengan manusia itu sendiri bagaimana ia memainkan.
Manakala game dengan hati ia akan menggunakan perasaan untuk empati. Empati melahirkan sikap sosial dan memberikan manfaat untuk kehidupan. Manfaat itu dapat membuat manusia menjadi manusia berhati malaikat.
Sementara, manakala game dengan pikiran ia akan menggunakan dengan kejernihan pikiran. Kejernihan pikiran itu membawa manusia kepada kebajikan hidup. Kebajikan menuntut manusia menjadi pribadi yang elok dan becik.
Lain halnya dengan nafsu ketika ia bermain di game dunia ia akan mengantarkan kepada keruntuhan. Keruntuhan untuk dalam hal moral dan ketidakadilan. Ia menuntun manusia untuk menjadi manusia bersifat iblis.
Oleh karena, bagaimanapun dunia dengan gamenya tidak perlu memusingkannya. Yang diperlukan hanya bersikap biasa-biasa saja dengan segala gemerlap kemewahan. Beri saja dunia tempat di bawah telapak kaki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar