Sulit untuk membayangkan betapa hidup tanpa arti dan maknanya ketika seseorang tidak memiliki mimpi. Mimpi yang didasari oleh hati dan pikiran untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan yang telah dirancang sedemikian rapi dan terstruktur.
Akan tetapi, dalam kenyataan hidup ada saja hambatan-hambatan yang menghalangi mimpi itu. Baik itu berasal dari diri sendiri maupun dari luar diri sendiri. Ketika sesuatu itu telah terjadi, maka akan banyak menimbulkan putus asa terhadap kehidupan.
Inilah problem penting untuk menarik diri agar lebih jelih melihat suatu keadaan dan kenyataan. Kenyataan yang memiliki lika-likunya sendiri dan kepahitan begitu sakit. Kenyataan memang suatu keadaan yang tidak bisa diprediksi sesuai kehendak diri.
Kehendak diri untuk mengontrol kenyataan hidup merupakan suatu kekejaman atas diri sendiri. Lantas akan menyakiti diri berulang kali. Begitu hal itu terjadi akan menimbulkan satu kekosongan dalam batin dan pikiran.
Demikianlah suatu kenyataan hidup yang memang kejam jika tidak melihatnya secara hati-hati. Dalam peribahasa jawa mengatakan eling lan waspodo. Suatu keadaan diri yang harus bersikap hati-hati dan cermat dalam menjalankan kehidupan.
Telah banyak bertemu keadaan demikian yang membuat diri semakin sakit. Sebabnya kembali lagi, dalam membentuk dan menumbuhkan mimpi itu mesti hati-hati dan cermat. Ketika sesuatu tidak dilakukan dengan cermat akan masuk ke jurang putus harapan.
Oleh karena itu, jangan membuang mimpi tanpa ada penjernih pikiran. Teruslah bermimpi walaupun telah masuk dalam jurang putus harapan. Strategi baru bisa diterapkan kembali dan menanamkan kembali di dalam jiwa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar