Minggu, 28 Agustus 2022

Perempuan Malam Berbicara tentang Siang

Perempuan Malam Berbicara tentang Siang 


Ini tentang perempuan yang terluka di malam hari. Namun, ia berbicara tentang siang yang terang. Berbicara agar luka-luka masa lalunya bisa hilang. Seperti sinar matahari yang menyinari bumi manusia.


Ini tentang luka pada derai-derai di doa malamnya. Akan tetapi, belum juga diijabah oleh sang tuhan. Perempuan dan luka, tapi meminta kesembuhan di dadanya. 


Ini tentang traumatis yang masih mengikat di pikiran dan jiwanya. Akhirnya, menghantui sepanjang kehidupan di luka-lukanya. Semoga lekas membaik, ya. 


Perempuan itu yang saya kenal di waktu ada di Jogjakarta. Namun, ia juga meninggal luka pada saya yang membuat traumatis tentang sebuah perkara asmara. Akan tetapi, tidak apa-apa saya menerima itu semua. 


Semoga ia segerah dapat menyembuhkan luka-lukanya itu. Seperti saya yang mencoba menyembuhkan luka melalui kata-kata sederhana. Lalu menyimpannya di sebuah kotak kehidupan malam.


Yang sedang berdoa dan yang sedang menyembuhkan luka traumatis lekas membaik. Jangan berbicara malam tentang siang. Namun, berbicaralah tentang kesembuhan melalui kata-kata dan melalui sebuah keyakinan. 


Sebab, kata Banda Neira dalam lagunya:  


Yang...

Yang patah tumbuh, yang hilang berganti

Yang hancur lebur akan terobati

Yang sia-sia akan jadi makna

Yang terus berulang suatu saat henti

Yang pernah jatuh 'kan berdiri lagi

Yang patah tumbuh, yang hilang berganti

Jogja, Toko Buku, dan Pasar Kangen


Sore ini saya harus menelusir jejak-jejak langka kehidupan lama. Menelusuri setiap jalanan Jogja, menelusuri tempat lawas dahulu: toko buku di taman pintar. Awalnya saya ingin berniat membeli buku karangan Imanuel Kant berjudul “Apa Itu Pencerahan?” 


Namun, niat itu menjadi terurungkan dikarenakan ada hal yang menarik dari pada banyaknya mengoleksi kumpulan-kumpulan buku. Dan, membuat perpustakaan kecil di kost. Konon juga tak sepenuhnya perpustakan buku itu pula dibaca secara keseluruhan. 


Oleh karena itu,  saya memutar haluan untuk menikmati pasar kangen yang sedang berlangsung di dekat toko buku langganan. Kebetulan pula di pasar kangen terdapat musik yang menjadi teman selama ini. Sesuai dengan acara kali ini bertajuk “pasar kangen” maka musiknya pun bernuasa dahulu. Betul. Musik itu keroncongan.


Dengan gaya yang khas, gitar, seruling, alat mudik lainnya, dan penyanyinya kali ini saya mengakui dan berkata, “musik yang tiada tandingnya.” Musik postmodern silakan minggir terlebih dahulu. Sebab, musik keroncongan bukan bermain dengan kata-kata yang ambisius dan emosian. Keroncongan adalah musik ketenangan dan penghayatan. 


Dengan demikian, saya menikmati betul ketika mendengar musik keroncongan dan saya memiliki berdiri sendiri dari banyaknya penonton yang sedang duduk menikmati musik. Sebab lagi, musik bagi saya suatu nafas dan alunan yang mengerakan pikiran dan meneduhkan hati. Ya, musik sudah menjadi bagian hidup dan alunan kata di kepala dan hati.


Sementara hal lainnya, di pasar kangen banyak makanan lawas yang membuat saya tergiur untuk mencobanya. Saya terlebih dahulu menyantap nasi lawas asal Jawa Timur yang berisikan urap-urapan. Harganya cuman 10 ribu dan minuman es teh 5 ribu. Kali ini benar-benar seru dan menikmati sekali.


Kemudian, tak hanya makanan-makanan itu saja banyak makanan lawas yang tersajikan di sini. Apa itu? Makanan dahulu seperti cenil, pentol, getuk, kerupuk besar, dan masih banyak lagi. Wah, benar-benar suatu surga buat penikmat makanan. 


Selain itu, siapa bilang kesendirian tak bisa dinikmati? Kesendirian dan perjalanan adalah obat sebagai penyembuh diri dari semua ketidakberesan di dunia. Lebih lagi, dengan menelusuri pasar kangen dengan nuasa sore yang saduh kita sajikan dengan ketenangan pikiran dan hati. Demikian. 



Cemas

Mari berbincang mengenai cemas dalam berpikir. Cemas sering singga dikehidupan anak muda belakangan ini. Banyak dikatakan cemas adalah satu sikap orang yang terjebak pada masa lalu. 


Masa lalu adalah satu kekeliruhan dalam memaknai satu peristiwa traumatir di diri seseorang. Marih kita contohkan seperti orang belum bisa menerima keadaanya di masa lampau. Seperti halnya tidak naik kelas, berkelahi, dan hal lainnya. 


Tentu dengan demikian, seseorang tersebut mengalami suatu keadaan yang cemas dan membenturkan keadaan masa depan. Apakah peristiwa masa lampau akan juga terjadi di masa mendatang? Itu satu pertanyaan yang kerap ditanyakan oleh mereka yang mengalami kecemasan.


Oleh karena itu, untuk menghilangkan dan menyembuhkan cemas dengan satu sikap: itu hanya ilusi pikiran saja. Masa lalu adalah catatan yang telah terukir. Sementara, masa depan adalah kertas kosong yang mesti dicatat dengan tinta-tinta baru. 


Dengan begitu, cemas adalah satu ilusi dalam pikiran kita masing-masing. Untuk menyembuhkan rasa cemas dipikiran hanya ada satu cara memperbaiki cara berpikir kita. Tentu tak mudah untuk merobak itu semua. 


Namun, dengan perlahan-lahan kita dapat merubahnya. Lalu, dengan apa? Membaca buku, menulis, dan menerima keadaan dengan begitu saja. Sebab, hal itu memperbaiki kualitas hidup dan kualitas pikiran. 


Untuk itu, sebenarnya cemas hanya satu sikap kekeliruhan kita memaknai kehidupan. Ia tak benar-benar tumbuh subur dan permanen karena bagian kehidupan manusia. Cemas telah kita bunuh dengan ukiran-ukiran kata. Begitu. 

Overthinking

Satu istilah belakangan ini yang kerap didengungkan di lingkungan hidup saya, yaitu overthinking. Istilah ini 

ada yang mengatakan berpikir terlalu berlebihan, berpikir negatif, salah sangka dengan masa depan, dan seterusnya. Agaknya memang menarik untuk membahas mengenai satu konsep kesehatan mental dalam konteks overthinking.


Kondisi di mana seseorang mengalami satu kegagapan menghadapi pikiran sendiri alias overthinking. Orang tersebut lebih pada satu sikap menghadapi suatu permasalahan kecil dengan memikirkan terus menerus. Kondisi ini memang satu ketidak enakan yang teramat luar biasa. Di mana seseorang mengalami kesehatan mental yang terburuk. 


Ia yang mengalami akan merasa ketakutan berlebihan seolah-olah ia sedang dalam bahaya yang mengintai. Dengan demikian, ia merasa dan berpikir di dalam keramaian seseorang sedang mengancam dirinya. Inilah satu bahaya dari overthinking, sulit hidup dalam keramaian. 


Sementara hal lainnya, pada kondisi fisik seseorang yang mengalami overthinking akan mengalami penurunan berat badan dan kesehatan fisik. Dan, bila ia sedang makan maka akan sedikit melahapnya. Sebab, orang yang mengalami kondisi itu merasa makan sudah tidak memuaskan seperti sebelum mengalami overthinking. 


Untuk itu, antara kondisi fisik dan kesehatan mental tidak bisa dilepaskan satu diantara lainnya. Orang yang mengalami kondisi ini tidak bisa dibunuh karakternya seolah menganggap hal itu biasa. Lantas, 

menggeneralisasi orang yang mengalami itu dengan orang lain hal itu sunggu sikap tidak patut.


Oleh karena itu, dalam tulisan ini saya sendiri mendengungkan untuk lebih memahami kondisi seseorang yang sedang mengalami penyakit pikiran itu. Sebab, penyakit pikiran bukan perkara mudah untuk disembuhkan begitu saja. Ada waktu yang perlu dihadapi teman-teman yang mengalami overthinking untuk sembuh dari kesehatannya.


Semoga dengan adanya tulisan ini dapat membantu teman-teman yang mengalami penyakit overthinking sembuh. Kalaupun tidak, bisa mengurangi dan meminimalisir kondisi pikirannya sendiri. Kemudian,z dapat menyembuhkan perlahan-lahan antara sakit pikiran dan sakit fisik yang dialami. Semoga demikian. 


Aku tak Sama Lagi

Di Kota Jakarta itu aku terdiam di dalam kos. Rupanya aku sudah menjadi anak pendiam bukan main. Aku orang baru di Jakarta. Lebih lagi, di l...