Sore ini saya harus menelusir jejak-jejak langka kehidupan lama. Menelusuri setiap jalanan Jogja, menelusuri tempat lawas dahulu: toko buku di taman pintar. Awalnya saya ingin berniat membeli buku karangan Imanuel Kant berjudul “Apa Itu Pencerahan?”
Namun, niat itu menjadi terurungkan dikarenakan ada hal yang menarik dari pada banyaknya mengoleksi kumpulan-kumpulan buku. Dan, membuat perpustakaan kecil di kost. Konon juga tak sepenuhnya perpustakan buku itu pula dibaca secara keseluruhan.
Oleh karena itu, saya memutar haluan untuk menikmati pasar kangen yang sedang berlangsung di dekat toko buku langganan. Kebetulan pula di pasar kangen terdapat musik yang menjadi teman selama ini. Sesuai dengan acara kali ini bertajuk “pasar kangen” maka musiknya pun bernuasa dahulu. Betul. Musik itu keroncongan.
Dengan gaya yang khas, gitar, seruling, alat mudik lainnya, dan penyanyinya kali ini saya mengakui dan berkata, “musik yang tiada tandingnya.” Musik postmodern silakan minggir terlebih dahulu. Sebab, musik keroncongan bukan bermain dengan kata-kata yang ambisius dan emosian. Keroncongan adalah musik ketenangan dan penghayatan.
Dengan demikian, saya menikmati betul ketika mendengar musik keroncongan dan saya memiliki berdiri sendiri dari banyaknya penonton yang sedang duduk menikmati musik. Sebab lagi, musik bagi saya suatu nafas dan alunan yang mengerakan pikiran dan meneduhkan hati. Ya, musik sudah menjadi bagian hidup dan alunan kata di kepala dan hati.
Sementara hal lainnya, di pasar kangen banyak makanan lawas yang membuat saya tergiur untuk mencobanya. Saya terlebih dahulu menyantap nasi lawas asal Jawa Timur yang berisikan urap-urapan. Harganya cuman 10 ribu dan minuman es teh 5 ribu. Kali ini benar-benar seru dan menikmati sekali.
Kemudian, tak hanya makanan-makanan itu saja banyak makanan lawas yang tersajikan di sini. Apa itu? Makanan dahulu seperti cenil, pentol, getuk, kerupuk besar, dan masih banyak lagi. Wah, benar-benar suatu surga buat penikmat makanan.
Selain itu, siapa bilang kesendirian tak bisa dinikmati? Kesendirian dan perjalanan adalah obat sebagai penyembuh diri dari semua ketidakberesan di dunia. Lebih lagi, dengan menelusuri pasar kangen dengan nuasa sore yang saduh kita sajikan dengan ketenangan pikiran dan hati. Demikian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar