Selasa, 16 Mei 2023

Mencintai Tragedi Kehidupan

Hujan baru saja berhenti di Jogjakarta. Aku seorang mahasiswa semester tua duduk sendirian di pojok angkringan. Menatap kendaraan melintas di sepanjang jalan tugu.


Aku diam-diam tersenyum melihat itu semua. Namun, jauh di lubuk hati yang paling dalam terdapat tangisan tanpa henti. Ia mempertanyakan ke mana kehidupan ini akan dibawah? 


Ia kebingungan menentukan langka selanjutnya ke mana arah hidup ini. Ia berperang melawan pikiran yang kusut tanpa henti. Isi pikirannya membawa kepada kesalahan masa lalu dan masa depan yang gelap.


Jujur hatinya penuh gunda gulana. Kebingungan tanpa henti dan kekosongan hati tanpa tujuan. Benar saja hatinya kini penuh kesesakan. Sakit.


Kesakitan yang tidak pernah disangka-sangka lagi. Andai ia meletakan kesakitan itu mungkinkah orang akan bisa kuat? Jujur saja luka itu teramat pedih tanpa henti dan terus bercucuran. 


Ingin sekali rasanya terbebaskan dari penderitaan batin dan pikiran itu. Akan tetapi, ia kesulitan untuk melepaskan rasa sakit itu semua. Ia meminta tolong pada orang lain, tapi itu semua muskil. 


Sebab, hanya diri sendirilah yang dapat menyembuhkan itu semua. Diri sendirilah yang harus siap menerima takdir dan mencintai sepenuhnya. Mencintai setiap luka dan tragedi kehidupan.


Jangan menolak setiap luka itu semua. Terima setiap luka sebagai dari perjalan hidup. Memang tidaklah mudah untuk menerima itu. Namun, hidup tetap harus dilanjutkan dan dicintai. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku tak Sama Lagi

Di Kota Jakarta itu aku terdiam di dalam kos. Rupanya aku sudah menjadi anak pendiam bukan main. Aku orang baru di Jakarta. Lebih lagi, di l...