Senin, 10 Januari 2022

Tukang Soto Jamet



Dengan raut wajah setengah berengsek Jamet sih tukang soto sapi mondar-mandir seperti orang kehilangan kewarasan. Jamet sih tukang soto tak pernah menebarkan senyuman di wajahnya. Kebiasaan dia berjalan kaki dengan tubuh rapuh itu mirip seperti orang gila.
 
Jamet sih tukang soto, acapkali dalam mondar-mandirnya tak tahu apa sebenarnya ingin dia kerjakan. Dia hanya seorang laki-laki berumur 30 tahunan, tapi tingkahnya seperti anak baru berumur lima tahun. Dia seperti orang tidak memiliki kemantapan emosional juga harga diri. 
 
Dia, sih Jamet, kerap berbicara dengan gaya komunikasi sanggat buruk. Anak-anak kecil dekat dengan tempat tinggal tukang soto sapi alias Jamet sih setengah sinting. Sering kali menertawakan tingkah laku dan komunikasi dari Jamet. 
 
Anak kecil sedang bermain bola kaki plastik mencemooh Jamet sebagai orang sinting. Cemoohan itu, disebabkan Jamet suka berbicara ngelantur lagi tak berarah. Apalagi, jika Jamet pulang  dari berjualan ia akan berbicara dengan gerobak sotonya. 
 
“Lihat,  Jamet tukang soto suka berbicara ngelantur dan tak karuan itu, apa dia sedang berkomunikasi dengan jangkrik di gerobaknya?” kata sala seorang anak kecil. 
 
Anak kecil satunya membalas, “Dengan raut datar dan tidak senyum sedikit pun. Nampaknya Jamet telah menjadi orang benar-benar sinting. Menjengkelkan.”
 
“Ya, dia seperti hidup dalam kemacetan berpikir. Tidak memiliki gairah hidup ber sosial yang menyenangkan. Melihat mukanya saja rasanya ingin sekali melempar batu,” kata anak kecil bertubuh gempal satunya. 
 
Ada alasan begitu kuat mengapa anak-anak kecil merasa jengkel dengan Jamet. Bukan saja tentang cara bicara Jamet, melainkan dengan melihat wajah dan gerak-geriknya rasanya anak kecil selalu ingin mencemooh lagi memukulnya. 
 
Jamet, di benci anak-anak kecil karena sering mengganggu mereka sedang bermain. Dulu, jika Jamet pulang dari  jualan soto melihat anak-anak kecil di hadapannya ia akan memarahi. Dengan nada tinggi, dengan berbicara seperti orang mabuk, dan dengan kemacetan berpikir Jamet.  Itulah Jamet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku tak Sama Lagi

Di Kota Jakarta itu aku terdiam di dalam kos. Rupanya aku sudah menjadi anak pendiam bukan main. Aku orang baru di Jakarta. Lebih lagi, di l...