Aku merasakan betul angin sore hari ini, udaranya begitu sejuk dalam jiwa. Jiwaku adalah pengasingan dari hiruk pikuk kehidupan bising. Sambutan angin sore ini membawaku pada ingatan-ingatan di negeri seberang sana. Tentang negeri yang memiliki keindahan dari pohon dan daun-daun.
Negeri itu memiliki keelokan begitu rupa jika aku sudah tenggelam dalam ingatan itu. Aku benar-benar telah dibuat negeri itu untuk mencintai dunia sunyi. Bayangkan di negeri itu, bunga-bunga di pinggir jalan, pohon-pohon meneduhkan setiap jalanan, dan daun-daun berwarna kuning berguguran di lantai jalan.
Pada waktu itu, aku berjalan di antara bunga tumbuh mekar. Pada waktu itu, aku berjalan di antara daun berguguran di lantai jalan. Pada waktu itu, aku melihat gadis anggun mengenakan baju berwarna merah merona.
Aku tertunduk memandangi daun setelah melihat perempuan dengan mata tajam dan bertubuh ramping. Hatiku bagaimana ini, mengapa aku telah jatuh cinta dengan perempuan di antara bunga dan daun-daun itu. Negeri itu masih menyimpan kenangan indah dalam hatiku.
Dalam ingatan di lautan sunyi, sepanjang malam aku menyanyikan sebuah lagu tentang dirinya. Aku menciptakan sebuah lirik tentang keindahan dirinya. Aku masih menyimpang lirik-lirik lagu itu dalam secarik kertas.
Betapa hatiku bagaikan bunga di pergunungan Swiss. Engkau pernah melihat bunga Swiss yang di antara ilalang menari bersama angin? Sejuk jiwa, jika aku membayangkan diri ini berbaring di sana. Apalagi bersama lirik-lirik lagu itu.
Namun kini, ayunan kaki melangka menuju dunia fatamorgana. Dunia antara ada dan tiada, antara kenyataan dan khayalan belaka, dan dunia orang-orang asing terpental dengan realitas cinta.
Juga dunia itu telah hilang di dalam kenang-kenangannya. Telah terbang bersama angina-angin. Waktu telah mengubur semuanya di padang pasir yang sepi nan sunyi.
Aku ada di sana, di padang pasir seorang diri tiada dapat aku melihat apa-apa. Pohon-pohon, bunga, dan gadis anggun telah sirna. Aku berjalan dengan satu frasa, seandainya daun-daun tak lagi berguguran ke mana aku akan melangka?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar