Senin, 10 Januari 2022

Sang Pembunuh Masa Lalu

Sang Pembunuh Masa Lalu 

Bagaimana menyikapi pengalaman masa lalu kita? Apakah masa lalu tetap menjadi momok mengerikan dalam pikiran kita? Apakah kita masih menyikapi masa lalu sebagai roda yang tak pernah berputar alias stagnan? Apakah juga kita masih punya kebencian terhadap masa lalu? Mengapa kita sulit terlepas dari masa lalu? 
 
Perbincangan masa lalu kerap hadir di ruang-ruang anak muda, baik di angkringan, kafe, warung kopi, dan di ruang-ruang anak muda bercengkerama lainnya. Banyak pertanyaan yang selalu hinggap ketika berdiskusi tentang masa lalu ini. Kiranya pertanyaan sebelumnya itu sedikit banyak yang menjadi persoalan ketika membahas masa lalu di ruang anak muda. 
 
Dunia selalu meninggalkan jejaknya dengan kata masa lalu. Masa yang telah dilewati setiap orang-orang. Ada yang melewati dengan kebajikan, ada yang melewati dengan kehancuran, dan ada juga menjalankan secara naif. Masa lalu ini sebenarnya mengapa bisa menjebak manusia antara ketakutan, kecemasan, dan ke tidak beresaan di masa yang datang. 
 
Banyak anak muda terintimidasi oleh kata masa lalu ini. Tak khayal juga masa lalu ini semacam menjelma menjadi monster yang menakuti anak-anak muda. Ada yang mengira masa lalu sebagai sang pembunuh masa depan, ada yang mengira juga masa lalu sebagai kotoran yang tak akan hilang, dan aneka ragam sematan perihal masa lalu. 
 
Masa lalu dewasa ini telah dipahami sebagai ruang tidak aman bagi anak muda. Banyak anak muda terkunci di dalam ruangan masa lalu. Mereka mencari kunci untuk membuka gembok masa lalu. Tapi, mereka kesulitan mencarinya kuncinya. Sebab, ruangan itu gelap gulita semacam gua di dalam hutan. 
 
Adakah orang yang bisa membebaskan seseorang dari  masa lalu itu? Apakah masa lalu sudah tidak bisa dibebaskan secara total? Apakah manusia akan selalu hidup antara masa lalu dan ketakutan-ketakutan di masa depan? Pikiran berkata, tidak ada orang bisa membebaskan masa lalu seseorang, yang bisa membebaskan hannyalah diri dan pikirannya sendiri memaknai masa lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku tak Sama Lagi

Di Kota Jakarta itu aku terdiam di dalam kos. Rupanya aku sudah menjadi anak pendiam bukan main. Aku orang baru di Jakarta. Lebih lagi, di l...