Senin, 10 Januari 2022

Salam Pisang Goreng

Salam Pisang Goreng
 
Media sebagaimana dipahami sebagai alat komunikasi antara komunikator dan komunikan untuk menyampaikan pesannya. Justru media saat ini banyak menimbulkan kontradiksi-kontradiksi di dalam tubuhnya sendiri. Ambil saja contoh, salam binjai, aksi seorang anak muda memukul pisang lalu disebarluaskan di media sosial. 
 
Berkat aksi semacam itu, ada yang memahami aksi itu untuk hiburan semata, ada juga memahami sebagai pesan komunikator untuk menaikkan eksistensinya, dan ada juga yang memahami aksi itu sebagai ke konyol-an manusia kontemporer. Juga akibat aksi itu, pemerintah setempat memanggilnya karena telah memperkenalkan daerah tersebut. 
 
Bukan main konyol, pemerintah setempat hanya dengan aksi konyol meninju pisang memberikan aspirasi sampai memanggilnya ke istananya. Kita semacam hidup di dunia yang tidak bermutu sekaligus hidup di dalam kemacetan dalam berperilaku. Sebab, lihatlah pemerintahnya yang seharusnya memberikan aspirasi kepada orang-orang yang bermutu dalam kehidupan malah diabaikan saja. 
 
Justru ia memberikan ke agung-an aksi tinju pisang. Yang bisa dikatakan merusak tanaman, dan tidak ada manfaat sama sekali. Ini apakah bukan dekadensi manusia kontemporer? 
 
Selain itu, kita mesti terbuka melihat dampak dari aksi salam binjai tersebut. Surat kabar pada hari ini mengabarkan bahwa telah terjadi perusakan tanaman pisang di Lamongan. Tak tanggung-tanggung 50 pisang yang berjatuhan sebelum masak. 
 
Siapa lagi kalau bukan perbuatan orang-orang sinting yang ingin famous demi mempertontonkan perilaku tidak waras tersebut? Gejala ini dapat dipahami sebagai bentuk kehausan akan eksistensi-eksistensi yang ada didiri. Tanpa memikirkan terlebih dahulu bagaimana efek dari itu.
 
Kemudian, tidak yakin juga fenomena tinju pisang ini hanya terjadi di Lamongan saja. Barangkali ada di daerah lain pula yang terjadi. Karena memang, fenomena ini sedang tren di negara ini. Bukankah manusia bangsa ini senang mengikuti fenomena-fenomena yang sedang ramai, kendati itu konyol?  
 
Padahal, pisang tersebut lebih lezat di makan dari pada tinju. Apalagi musim dingin saat ini, goreng pisang, secangkir kopi, dan rokok. Maka jadilah salam pisang goreng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku tak Sama Lagi

Di Kota Jakarta itu aku terdiam di dalam kos. Rupanya aku sudah menjadi anak pendiam bukan main. Aku orang baru di Jakarta. Lebih lagi, di l...