Senin, 10 Januari 2022

Mengapa Aku Payah Sedangkan Mereka Tidak

Mengapa Aku Payah Sedangkan Mereka Tidak
 
Suatu hari pada tahun 2000an awal teringat satu kehidupan membosankan dalam dunia pikiran anak-anak. Waktu itu, banyak anak-anak SD satu kelas dominannya mampu melakukan segala hal dengan mudah. Sedangkan dari pojok kelas seorang bocah kecil nakal berpayah diri. 
 
Terlintas dalam pikiran sang bocah mengapa mereka mampu melakukan suatu aktivitas begitu mudahnya? Tapi, mengapa aku begitu payahnya. Hingga sampai di jenjang-jenjang pendidikan selanjutnya sikap dalam pikiran itu selalu muncul. 
 
Ironis memang jika kepayahan itu selalu muncul sampai menjadi habit di masa dewasa. Bahkan tumbuhnya sikap insecure bermula dari sikap kepayahan ini. Mengapa demikian bisa sikap insecure itu timbul? 
 
Kepayahan selalu memandang sikap orang lain lebih elok dan lebih terang. Namun, sikap  diri sendiri acak kali berputar haluan. Payah dalam melakukan sesuatu hal yang membuat menjadi orang lain itu begitu enaknya. 
 
Sikap inilah membuat kehidupan tidak nyaman. Orang lain dalam pikiran sering dikatakan memiliki surga. Tapi, di satu sisi pikiran mengonstruksi terhadap diri sendiri justru hanya memiliki neraka saja. 
 
Sikap payah selalu menuntun orang untuk memandang dunia begitu sempit. Bahkan memandang diri sendiri sebagai orang gagal dan gugup. Muaranya akan capek dengan menjalankan kehidupan, harus hidup dalam kegelisahan-kegelisahan sepanjang waktu. 
 
Mari melepaskan sikap payah dalam pikiran. Mari memandang diri sebagai orang yang elok dan memiliki keistimewaan tersendiri. Tak perlu berlagak payah terhadap diri sendiri. 
 
Bukankah tak letih justru  memandang dan menilai seseorang sepanjang waktu? Bukankah dunia terlalu sempit jika hanya berkutat dengan persoalan pembandingan antara diri dan orang lain? 
 
Ada suatu ungkapan menarik tentang  Kepayahan: “Tuhan menciptakan diri Anda begitu istimewa. Miliaran orang Tuhan cipta bahkan lebih. Namun, setiap karya Tuhan memiliki keistimewaan-keistimewaan tersendiri.” 
 
“Ketika engkau pergi dari dunia tidak ada lagi orang  persis dengan Anda.  Anda istimewa. Jika engkau meninggal orang akan sedih karena Tuhan telah menciptakan seseorang di bumi begitu istimewa.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku tak Sama Lagi

Di Kota Jakarta itu aku terdiam di dalam kos. Rupanya aku sudah menjadi anak pendiam bukan main. Aku orang baru di Jakarta. Lebih lagi, di l...