Berlayar di Luka-Luka Kehidupan
Berdirilah di atas luka-luka kehidupan. Berdirilah di antara cinta dan kebencian. Juga berdirilah di antara kesunyian dan keramaian.
Aku telah melangka di kehidupan ini sebagaimana kalimat-kalimat sebelumnya tadi. Telah aku temui kehidupan di lorong-lorong kesunyian. Telah banyak kupersembahkan tanda tanya di setiap tempurung pikiran.
Namun, dari itu semua langka kaki kian terseok-seok membuat hidup kebingungan ke mana semestinya harus dilabui. Entah ke mana muara dari semua langka ini. Aku bertanya pada kehidupan dan bertanya pada sang sunyi.
Apa jawaban mereka padaku? Apakah kesunyian dan kehidupan telah menjadi temanku mengerti akan setiap bunyi-bunyi nestapa hati?
Duhai sang pemilik kelukaan hidup dan duhai sang pendengar semua tentang kehidupan. Aku ingin menari bersamamu dan membacakan setiap sajak-sajak kehidupan agar semua keberatan hidup bisa sedikit dilalui.
Aku telah hidup di lorong sunyi. Aku telah memasuki gang-gang kecil kehidupan. Terkadang hatiku bahagia, tapi terkadang hatiku berpaya diri. Renjana kehidupan yang aku nantikan dari perjalanan ini.
Akan tetapi, bukankah renjana keindahan ini terlalu cepat untuk datang? Ah, hidup terkadang sebuah kotak misteri. Kotak yang setiap orang penasaran apa isi dari semuanya.
Kalau begitu, biarlah aku tetap berdiri di antara masa muda dan luka-lukanya. Biarlah aku merasakan sendiri dengan perjalanan-perjalanan ini. Aku tak akan segerah menemui kotak misteri itu lalu membukanya.
Biarlah kotak kehidupan itu tetap terkunci dan entah di mana tempatnya. Aku hanya ingin berjalan begini saja, berjalan di antara masa muda dan kesunyiannya.
Tak perlu terlalu aku kejar tentang kemisterian kehidupan. Hanya perlu aku jalani perlahan-lahan dan mencoba memosisikan diri untuk mencintai setiap perjalanan. Itu.
Sebuah perjalanan anak muda mengarungi lautan hidup dengan perahu layarnya yang sederhana. Ia menyetiri sendiri layarnya dan memahami setiap gerak angin-angin laut agar tak terombang-ambing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar