Bonbin Filsafat UGM menyaksikan ratusan mahasiswa, pemuda dari berbagai kampus dan lapisan sosial gelisah terhadap keadaan bangsanya. Mereka datang dengan semangat yang menggebu-gebu bahkan sangat marah terhadap kebijakan dan perilaku DPR-I dan jajaran yang membuat rancangan undang-undang Omnibus Law serta mengesahkan RUU tersebut menjadi UU.
Sebelumnya, kemarin (5/10) pihak ARB telah melakukan aksi di jalan Gejayan sebagai bentuk perlawanan kepada pihak DPR-I serta jajaran yang terlibat pengesahan UU Omnibus Law pada tanggal 5 Oktober 2020 tersebut. Aksi tersebut dimulai pada sore hari hingga malam.
Dengan demikian hari ini (6/10) pihak yang peduli terkait permasalahan negara wabilkhusus UU Omnibus Law mengelar lagi Teknik lapangan serta membahas ketimpangan pihak pemerintah (DPR-I, Presiden dan penguasa atau Oligarki) untuk melakukan aksi demonstran di Jogja Memanggil.
Perbincangannya kian pelik, saling membantah argumen satu sama lain. Hal itu, terkait teknik lapangan, waktu aksi, bagaimana aksi tersebut di jalanan kan dan semacamnya. Saya benar-benar berimajinasi dalam akademi Plato di Yunani tersebut, mereka berargumen dengan ilmu tidak dengan sentimen.
Orang-orang yang berdatangan di Bonbin Filsafat UGM berteriak satu sama lainnya melepaskan amarah yang ada di hati dan pikiran. Suasana semacam ini, belum pernah saya temui dalam kelas-kelas kampus, malah dalam ruang terbuka yang tercipta suasana akademik yang bermutu. Benar-benar suasana yang jarang ditemui, berbahagialah dirimu yang terlibat dalam suasana begini.
Tak hanya itu, persatuan antara mahasiswa kampus lainnya tercipta di hari ini. Mereka berangkat dari rasa gelisah bukan semata-mata untuk memamerkan kelas yang berbeda. Satu rasa sama rata, itulah semboyan pada malam hari ini, barangkali suasana begini terjadi semasa pahlawan bangsa. Lagi-lagi berbahagialah dirimu, tuan Minke dan nyonya Anelis, terlibat dalam suasana begini.
Malam semakin mencekam tubuh, suasana belum juga selesai saling bantah membantah argumen kian panas dalam arti semakin bermutu. Bagaimana gejolak pemuda kian menjadi-jadi, semacam itu harus dirawat agar sikap bermutu seorang pemuda terjaga. Sehingga, pihak penguasa tidak semena-mena terhadap rakyat.
Maka, haruslah pemuda sudah adil sejak dalam pikiran dan tindakan itulah pesan salah seorang pahlawan bangsa. Pun pemuda sudah tidak boleh mengambil aman-aman saja, seolah keadaan negara dan kehidupan baik-baik saja. Padahal, peristiwa-peristiwa ketimpangan dalam negeri kian menjadi-menjadi. Mari merawat kehidupan, mari saling cinta mencintai, jangan berlagak sombong. Sebab, pada akhirnya manusia saling membutuhkan satu sama lainnya.
(Bonbin kampus Filsafat UGM, 6/10)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar