Jumat, 02 Oktober 2020

Bangsa Yang Takut Pada Pikiran

Nampaknya, apa yang dikatakan carilah ilmu seluas-luasnya semasa di bangku sekolah serta ingin mencerdaskan kehidupan bangsa itu hanya sekedar embel-embel saja. Sebab, kita sudah menyaksikan dengan sendirinya fenomena-fenomena yang terjadi dewasa ini yaitu takut pada pikiran, sebagaimana melarang buku-buku yang berbau tidak pro dengan penguasa atau buku-buku yang telah di cap berbahaya dari zaman lampau.

Tak hanya itu, pembubaran ruang-ruang diskusi pun kerap terjadi jikalau membahas isu-isu yang sensitif, padahal itu sejarah dan pelanggaran HAM berat sebagaimana seharusnya dikaji bersama untuk mencari titik terangnya. Tetapi hal itu tidak pernah terjadi, malah terjadi tindakan kekerasan serta ancaman penjara.  

Apa lagi sangat di sayangkan ketika pihak yang melarang serta membubarkan aktivitas tersebut enggan untuk berdiskusi bersama, jangankan berdiskusi bersama “barang kali” membaca terkait hal itu saja tidak pernah.  Maka dengan ini sangat merugi, merawat fanatisme terlalu berlebihan tanpa ingin mengetahui paradigma kaum yang berseberangan. Seolah kebenaran sejati itu ada pada Ia. 

Oleh sebab inilah, mengapa budaya takut pada pikiran selalu terjadi dari tahun ke tahun. Bahkan hal itu sangat dirawat oleh pihak penguasa, ya ada sesuatu hal yang sebenarnya di sembunyikan. Dan sesuatu hal yang disembunyikan patut dicurigai serta dipertanyakan. 

Jangan sampai ketika sesuatu hal sudah menjadi lumrah membuat seseorang takut untuk mempertanyakan kembali. Apakah benar pelarangan tersebut untuk menjaga keamanan negara, ketenteraman negara atau semacamnya? Kalau-kalau itu semua hanya permainan politik yang ingin melanggengkan kekuasaan kelompok tertentu. Jangan-jangan!

Dan kita sendiri sangat merugi, ketika hanya menerima begitu saja kebiasaan yang tidak pernah masuk akal di terima begitu saja. Apa lagi bersikap berlagak menghakimi, tetapi tidak sama sekali ingin menelaah yang sebenarnya terjadi. Maka, perlulah mengkaji hingga pada titik akar permasalahannya, sehingga sikap fanatisme tersebut tidak terjadi. 
 

(Bantul, 2 Oktober 2020)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku tak Sama Lagi

Di Kota Jakarta itu aku terdiam di dalam kos. Rupanya aku sudah menjadi anak pendiam bukan main. Aku orang baru di Jakarta. Lebih lagi, di l...