Sosial media membuat kehidupan seseorang menjadi semakin terpojok. Terpojok dikarenakan melihat seseorang satu sama lainnya memamerkan kehidupan pribadi mereka. Ada yang memamerkan prestasi, karir, percintaan, dan kehidupan mewah.
Melihat kehidupan seseorang di media sosial membuat seseorang membandingkan kehidupannya dengan yang lain. Membandingkan kehidupan itu dapat membuat seseorang iri atau bisa menjadikan dirinya tidak sebaik orang yang dilihat di media sosial. Akibatnya menimbulkan self improvement terhadap diri sangat buruk.
Dengan self improvement yang buruk seseorang akan terus merasa tidak menerima dirinya sendiri. Justru ia memilih untuk menjadi orang lain yang menurutnya lebih bahagia dan bernasib baik. Pandangan semacam ini terus terjadi di dalam fenomena dewasa ini.
Oleh karena itu, penting untuk membuka pintu media sosial ini dikarenakan banyak hal yang perlu dipikir kembali. Ya, media sosial dan kehidupan di dalamnya belum tentu sepenuhnya indah yang dipikirkan kita. Ada hal-hal yang disembunyikan oleh orang lain di balik pintu media sosial.
Seseorang yang memamerkan pelbagai kemewahan atau hal yang bersikap menonjolkan diri justru ada pintu buruk. Pintu itu berupa untuk berpura-pura bahagia padahal belum tentu demikian. Ia hanya melihatkan sisi baik saja di media sosial di dalam kehidupan nyata justru ada problem dilematik pada dirinya.
Untuk itulah, media sosial justru membuat pertanyaan; Apakah media sosial benar-benar membuat seseorang terlihat begitu bahagia? Apakah benar sepenuhnya yang ditampilkan di media sosial benar begitu adanya?
Saya kira media sosial hanya tampilan luar saja. Media sosial menyimpan banyak penipuan terhadap diri atau muslihat belaka. Muslihat agar terlihat baik-baik saja padahal justru orang tersebut sedang bergelut mencari validitas orang lain. Justru hal itu menimbulkan kerugian pada dirinya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar