Menarilah dengan rasa sakit yang dalam itu dan dengan rasa tawa lepas. Sebab, jalan kehidupan yang membuat terkadang putus asa. Putus asa dikarenakan bermacam rasa sakit tersimpan di dada.
Lihatlah di dalam dada kita yang tersimpan bermacam luka-luka belum usai sembuh. Ia membuat semakin perih tiada bisa diampuni oleh air mata saja. Rasa sakit terus hinggap entah sampai kapan ia akan menghancurkan sang pemilik tubuh itu.
Sang pemilik tubuh berteriak dan tertawa untuk menopang rasa sakit amat luar biasa. Sakitnya bagaikan luka-luka silet di sekujur tubuh yang disirami air jeruk. Bayangkan betapa sakit yang terasa di dada itu.
Kini sang pemilik badan hanya berjalan dan menelusuri hidup dengan senyum kepalsuan. Kepalsuan untuk menutupi luka-luka yang sulit untuk disembuhkan dengan obat apa pun. Sebab, ini luka yang tidak nampak atau terlihat.
Malang teramat malang melihat sekujur luka yang tersimpan di dada ini. Luka-luka yang hanya bisa dilihat dan dirasakan diri sendiri. Diri sendiri mengetahui betapa luka itu mengerikan dan semakin mengerikan.
Luka itu menjelma bak ketakutan-ketakutan yang tidak pernah disangka-sangka. Ia terus menakuti sepanjang hari dan sepanjang waktu. Sampai sang pemilik tubuh membenci atau mengutuk diri sendiri.
Sang pemilik tubuh sulit untuk berdamai dengan diri sendiri. Berdamai atas apa yang telah terjadi dan menjadi masa lalu. Masa lalu yang menyimpan segudang penyesalan, kekecewaan, kesedihan, dan rasa sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar